Jumat, 01 April 2011

CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Perubahan belajar adalah perubahan yang sangat kompleks, proses yang berlangsung dalam otak manusia. Oleh karena itu penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru, dimana pembelajaran dapat diartikan sebgai kegiatan yang bertujuan untuk mebelajarkan siswa, salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru ialah menerapkan pendekatan “Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)”. Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran yang tersurat dan tersirat dalam kurikulum yang berlaku.
CBSA menuntuk keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. CBSA menuntuk keterlibatan mental yang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Apalagi guru Anak Usia Dini, melalui proses kognitif pembelajaran akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Akan tetapi dengan dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka, tidak untuk dikerjakan dirumah tetapi juga dikerjakan disekolah secara bersama-sama.
            Kelebihan CBSA nampaknya mengandung maksud mendorong guru-guru untuk bersungguh-sungguh menyelenggarakan proses pengajaran yang memungkinkan peserta didik terlibat dalam keaktifan belajar yang tinggi. Untuk maksud diatas diuraikan bahwa hal yang berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan keaktifat peserta didik dalam beljar melalui konsep CBSA, salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran serta Pendekatan Keterampilan Proses (PKP).

B.     BATASAN MASALAH
Agar makalah ini lebih terarah dan  terpusat, maka masalah dalam hal ini dibatasi pada pengertian Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), rasional CBSA, Prinsip-prinsip CBSA digunakan dalam CBSA yang sangat berkaitan pada pendidikan Anak Usia dini. Aplikasi atau penerapan CBSA dalam kegiatan belajar dan mengajar melibatkan segala aspek seperti guru, peserta didik dan lain-lain.
C.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan batasan masalah makan permasalahan dalam makalah ini dirumuskan tentang Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), pengertian CBSA, rasional CBSA maupun prinsip-prinsip CBSA dalam proses kegiatan Belajar mengajar.

D.    TUJUAN MAKALAH
Adapun tujuan dan mamfaat makalah yang kami sajikan berikut ini yaitu :
Ø  Bagi siswa
v  Diharapkan siswa dapat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
v  dapat bekerjasama dengan teman-teman sebayanya, supaya biisa mengenal antara satu dengan yang lainnya.
v  Besifat selalu ingin tahu dalam satu hal.
Ø  Bagi guru
v  Harus aktif, khususnya dalam persiapan bahan pelajaran.
v  Merencanakan proses yang akan dilaksanakan, menyiapkan evaluasi dan tidak lanjut setelah mengajar.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian CBSA
Pada umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah pendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata “approach” yang dimaksudnya juga “pendekatan”. Di dalam kata pendekatan ada unsur psikhis seperti halnya yang ada pada proses belajar mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata hanya menyajikan materi ajar. Guru dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar dengan cara demikian pembelajar akan benar-benar memahami apa yang akan diajarkan. Piaget dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat manusia. Piaget memandang anak-akalnya-sebagai agen yang aktif dan konstruktif yang secara perlahan-lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus-menerus. Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari.
CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secar fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar. Kadar aktivitas pembelajar masih rendah dan belum terpogram. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara bersama-sama.
CBSA dapat dilihat dari 2 segi, yakni dari segi siswa yang berarti bahwa CBSA merupakan proses kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka belajar. Aktivitas ini dapat berupa aktivitas fisik, mental maupun keduanya. Ada yang lebih menekankan pada keaktifan mental, meskipun untuk mencapai maksud ini dipersyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai keaktifan fisik (T. raka Jono. 1980 : 1-2)
CBSA dapat dilihat dari segi guru merupakan suatu strategi yang dipilih guru agar keaktifan siswa dalam kegiatan belajar berlangsung secara optimal. Untuk mencapai maksud ini guru sebelumnya telah mendesain kegiatan belajar yang meletakkan aktivitas pada subjek didik.
CBSA merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar dimana anak terutama mengalami keterlibatan intelktual emosional, di samping keterlibatan fisik di dalam proses belajar mengajar (Depdikbud, 1982 : 2)
Dengan CBSA dapatlah diketahui bahwa kedududkan siswa merupakan kegiatan belajar mengajar, sehingga pengajaran disebut student centerd instruction. Sebgai kebalikannya ada pengajaran yang menekaknkan aktivitas pada guru, siswa pasif. Pengajaran ini disebut instructor centered instruction.
Keterlibatan atau keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar beraneka ragam, sepertimendenganrkan ceramah, mendiskusikan, membuat suatu alat, membuat laporan pelaksanaan-pelaksanaan tugas dan sebagainya. Keaktifan siswa yang berbeda-beda itu dapat dikelompokkan atas aktivitas yang bersifat fisik dan aktivitas yang bersifat nonfisik seperti mental, intelektual dan emosional.
Dari keaktifan atau keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar ini maka hakekat CBSA merupakan proses keterlibatan intelektual, emosional subjek didik dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar tersebut memungkinkan :
Ø  Proses asimilasi dan akumulasi kognitif untuk mencapai pengetahuan.
Ø  Perbuatan dan pengalaman langsung dalam pembentukan keterampilan.
Ø  Penghayatan dan proses internalisasi nilai dalam rangka pembentukan nilai dan sikap.
Secara konseptual CBSA adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya secara intelektual dan emosional sehingga ia betuk-betul berperan dan berpatisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Menurut Muhammad Ali (1984) pengertian CBSA sebagai suatu konsep dan CBSA sebagai suatu pendekatan dalam belajar mengajar.
Sebagai suatu konsep CBSA merupakan konsep dalam mengembangkan keaktifan proses belajar mengajar, baik keaktifan guru maupun keaktifan peserta didik. Untuk meningkatkan proses belajar mengajar guru harus membuat perencanaan dengan sebaik-baiknya dan melaksanakan pengajaran tersebut berdasarkan rencana yang telah dibuat.
Sebagai suatu pendekatan dalam pengajaran CBSA merupakan suatu upaya yang dilakukan guru yang dimulai dengan perencanaan pengajaran. Pelaksanaan pembelajaran dan diakhiri dengan penilaian hasil belajar berdasarkan konsep tertentu. Dan CBSA dalam kegiatan-kegiatan pengajaran yang mencakup metode dan teknik. Pengembangan metode menunjukkan bahwa mengajar itu sendiri memerlukan berbagai cara seperti ceramah, Tanya jawab atau diskusi. Sedangan pengembangan tekhnik menunjukkan bahwa pengajaran sebagai pendekatan CBSA menuntutkejelasan cara-cara yang lebih khusus lagi, seperti tehnik bertanya, teknik memberi penguatan dan sebaginya.

B.     RASIONAL CBSA
Masih banyak diantara guru yang tidak menyelenggarakan pengajaran yang menarik sehingga tidak dapat mencapai sasaran yang diharapkan. Pengunaan metode ceramah masih mendominasi kegiatan guru. Peserta didik kegiatannya berulang-ulang sekitar mendengar, memperhatikan penjelasan dan mencatat hal-hal yang diperintahkan guru. Kegiatan belajar telah menjadi sesuatu yang rutin, monoton dan membosankan, bukan lagi sebagai kegiatan yang menarik dan menuntut partisipasi aktif peserta didik.
Guru sseharusnya mampu melibat-aktifkan peserta didik dengan penuh kemerdekaan. Peserta didik harus merasa senang dalam belajar, dalam mencari ilmu pengetahuan dan teknologi. Demokrasi juga harus terjadi dalam proses pengajaran sehari-hari. Merekapun harus memperoleh prestasi belajar yang tinggi  CBSA, baik sebagai konsep maupun pendekatan dalam pengajaran bermaksud merespon berbagai tantangan sebagaimana diuraikan diatas. Karena itu CBSA sepantasnya mendapat prioritas tinggi untuk dilaksanakan, khususnya guru dan siswa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Dalam dunia pendidikan, CBSA bukanlah ahl baru. Apa yang telah dilakukan sekarang adalah usaha untuk membangkitkan atau menghidupkan kembali CBSA tersebut. Agar lebih dapat dimengert dan lebih dihayati dan dapat dilaksanakan dalam proses belajar mengajar, perlu dikemukakan rasional atau penalarannya, sebagai berikut :
a.       Tujuan Pendidikan
Alasan yang paling mendasar dikembalikan kepada tujuan pendidikan itu sendiri, yakni pembentukan manusia yang tidak hanya mampu hidup sendiri dalam bermasyarakat, tetapi lebih dari itu, ia harus mampu berpatisipasi bagi penyempurnaan dalam rangkaian pembangunan (Depdikbud, 1982 : 7).
Tujuan pendidikan yang demikian itu menghendaki para lulusan tidak hanya menguasai ilmu dan teknologi saja, tetapi memiliki kemampuan berpikir kritis dan kemampuan untuk ikut serta mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat.  Oleh karena itu, CBSA perlu dimulai sedini mungkin [ada tingkat pendidikan dasar.
Setelah melalui berbagai jenjang pendidikan diharapkan para lulusan telah memiliki sikap mental seperti diatas, disamping memiliki kemampuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran guru dan bidang ini cukup besar yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dirinyaa sendiri.
b.      Adanya keterlibatan mental-intelektual rasional dalam proses belajar mengajar yang ber-CBSA, mempunyai arti sebagai pemberian motivasi yang tinggi bagi siswa belajar. Diharapkan dengan demikian akan memberi hasil belajar yang baik.
Proses belajar mengajar yang banyak mengikutsertakan siswa untuk ambil bagian secara langsung ini, melalui berbagai kegiatan seperti melakukan tugas, memecahakan masalah dan sebagainya, diharapkan akan bersifat menantang (challenging) bagi siswa. Dan pada akhirnya siswa diharapkan akan memiliki sifat atau sikap ingin tahu (curiousity)yang tinggi, yang merupakan penggerak bagi keberhasilan belajar.
c.       Komunikasi banyak arah. Karena menggunaakan multimetode dan multimedia dalam proses belajar mengajar, akan banyak memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan evaluasi mengenai efektivitas pengajaran. Guru dapat mengadakan evaluasi pada saat proses belajar mengajra berlangsung.
d.      Dari segi peningkatan mutu pendidikan begitu tenaga kependidikan perlu diingat bahwa cara calon guru cenderung mengajar meniru cara guru/dosennya mengajar. Oleh karena itu, bila mana guru/dosen mengajar dengan menggunakan strategi CBSA maka diharpkan yang ini pun akan diikuti oleh para muridnya sebagai calon guru.

C.     PRINSIP-PRINSIP CBSA
Bahwa prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar baik intelektual-emosional maupun fisik,
Prinsip –prinsip CBSA secara umum :
Ø  Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajari sendiri tidak ada seorang pun dapat  melakukan kegiatan belajar tesebut.
Ø  Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya sendiri dan untuk tiap kelompok umum terdapat variasi kecepatan belajar).
Ø  Seorang murid belajar lebih banyak bila pada setiap langkah segare diberikan penguatan (reinforcement)
Ø  Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti.
Ø  Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar menururt irama, cara dan kemampuannya.
Prinsip-Prinsip CBSA yang nampak pada 4 dimensi sebagai berikut:
a. Dimensi subjek didik :
·         Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang direnca nakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluarkani pendapat.
·         Keberanian untuk mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar mengajar. Hal mi terwujud bila guru bersikap demokratis.
·         Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang olch guru.
·         Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh guru.
·         Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan siapapun termasuk guru.
b. Dimensi Guru
·         Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam meningkatka kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
·         Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator.
·         Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.
·         Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara, mama serta tingkat kemampuan masing-masing.
·         Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta penggunaan multi media. Kemampuan mi akan menimbulkan lingkuñgan belajar yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.
c. Dimensi Program
·         Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru.
·         Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep mau pun aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar.
·         Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
d. Dimensi situasi belajar-mengajar
·         Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara guru-siswa maupun antara siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar.
·         Adanya suasana gembira dan bergairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar.
McKeachie mengemukakan 7 dimensi didalam proses belajar mengajar, yang ada didalamnya dapat terjadi variasi kadar ke – CBSA-an yaitu :
1.      Partisipasi siswa di dalam menetapkan tujuan kegiatan belajar mengajar.
2.      Tekanan pada aspek afektif dalam pengajaran.
3.      Partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
4.      Penerimaan (acceptance) guru terhadap perbuatan atau konstribusu siswa yang kurang relevan atau bahkan sama sekali salah.
5.      Kekohesifan kelas sebagai kelompok.
6.      Kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah.
7.      Jumlah waktu yang dipergunakan  untuk menanggulangi masalah pribadi siswa baik yang tidak maupun yang berhubungan dengan pelajaran.

Jenis-jenis antar-aksi belajar mengajar
G                                                                             G
                                                                                     M1                      M4


Text Box: Interaksi optimal antara guru dengan murid , dan antara murid dengan muridText Box: Ada balikan bagi guru
Siswa saling belajar satu sama lain
M1       M2       M3       M4                                                 M2               M3
                                   

                               
                                G                                                                               G

Text Box: Ada balikan bagi guru, tidak ada interaksi antar siswaText Box: komunikasi satu arah              M1     M2       M3       M4                                         M1        M2       M3       M4





Rambu-rambu CBSA :
Yang dimaksud dengan rambu-rambu CBSA adalah perwujudan prinsip-prinsip CBSA yang dapat diukur dan rentangan yang paling rendah sampai pada rentangan yang paling tinggi, yang berguna untuk menentukan tingkat CBSA dan suatu proses belajar-mengajar. Rambu-rambu tersebut dapat dilihat dari beberapa dimensi. Rambu-rambu tersebut dapat digunakan sebagai ukuran untuk menentukan apakah suatu proses belajar-mengajar memiliki kadar CBSA yang tinggi atau rendah. Jadi bukan menentukan ada atau tidak adanya kadar CBSA dalam proses belajar-mengajar. Bagaimanapun lemahnya seorang guru, namun kadar CBSA itu pasti ada, walaupun rendah.
Berdasarkan pengelompokan siswa : Strategi belajar-mengajar yang dipilih oleh guru hams disesuaikan dengan tujuan pengajaran serta materi tertentu. Ada materi yang sesuai untuk proses belajar secara individual, akan tetapi ada pula yang lebih tepat untuk proses belajar secara kelompok. Ditinjau dari segi waktu, keterampilan, alat atau media serta perhatian guru, pengajaran yang berorientasi pada kelompok kadang-kadang lebih efektif.
Berdasarkan kecepatan masing-rnasing siswa : Pada saat-saat tertentu siswa dapat diberi kebebasan untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya. Contoh untuk strategi belajar-mengajar berdasarkan kecepatan siswa adalah pengajaran modul.
Pengelompokan berdasarkan kemampuan : Pengelompokan yang homogin han didasarkan pada kemampuan siswa. Bila pada pelaksanaan pengajaran untuk pencapaian tujuan tertentu, siswa harus dijadikan satukelompok maka hal mi mudah dilaksanakan. Siswa akan mengembangkan potensinya secara optimal bila berada disekeliling teman yang hampir sama tingkat perkembangan intelektualnya.
Pengelompokkan berdasarkan persamaan minat : Pada suatu guru perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk berkelompok berdasarkan kesamaan minat. Pengelompokan ini biasanya terbentuk atas kesamaan minat dan berorientasi pada suatu tugas atau permasalahan yang akan dikerjakan.
Berdasarkan domein-domein tujuan : Strategi belajar-mengajar berdasarkan domein/kawasan/ranah tujuan, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Menurut Benjamin S. Bloom CS, ada tiga domein ialah:
·         Domein kognitif, yang menitik beratkan aspek cipta.
·         Domein afektif, aspek sikap.
·         Dornein psikomotor, untuk aspek gerak.
Gagne mengklasifikasi lima macam kemampuan ialah:
·         Keterampilan intelektual.
·         Strategi kognitif.
·         Informasi verbal.
·         Keterampilan motorik.
·         Sikap dan nilai.
Di samping pengelompokan (klasifikasi) tersebut di atas, masih ada pengelompokkan yang lebih komprehensif dalam arti meninjau beberapa faktor sekaligus seperti, wawasan tentang manusia dan dunianya, tujuan serta lingkungan belajar. Pendapat ini dikemukakan oleh Bruce Joyce dan Marsha Well dengan mengemukakan rumpun model-model mengajar sebagai berikut :
a. Rumpun model interaksi sosial
b. Rumpun model pengelola informasi Rumpun model personal-humanistik
c. Rumpun model modifikasi tingkah laku.

D.    CARA BELAJAR AKTIF DI PAUD
1.      Kita sebagai guru pendidik anak usia dini harus bisa membuat suasana santai (tidak tegang), tidak kaku dan menakutkan, agar anak tidak merasa takut mengikuti pembelajaran.
2.      Tidak menyalahkan pertanyaan anak didik kita agar anak memiliki keberanian untuk bertanya.
3.      Tidak menakut-nakuti dalam mempraktekan suatu pembelajaran, misalnya memegang ular-ularan kepada AUD
4.      Anak sebaiknya diajarkaan untuk mandiri, misalnya memakai sepatu, baju sendiri, dan mengajarkannya untuk disiplin.
5.      Memuji aktifitas yang dilakukan anak agar anak menciptakan hal-hal yang baru menurut kemauan mereka.
6.      Banyak senyum kepada anak, jangan bersifat membentak kepada anak, mencubit anak, tapi biarkan anak bereksplorasi.
7.      Merancang ruang AUD  dengan warna yang menyenangkan agar disukai anak.
8.      Mengajarkan, membimbing kepada anak cara berhitunh, menulis, membaca dengan metode bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain.
9.      Adanya komunikasi yang lancar dan harmonis agar anak-anak tidak canggung menghadapi kita seorang guru.


BAB III
PENUTUP DAN KESIMPULAN
Mendidik subjek didik untuk membangun dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dalam dunia dan masyarakat dan terus-menerus berubah mampu menuntut dia mampu berfikir sendiri.Hal ini perlu memahami dan memperlakukan tuntutan peningkatan teknologi sains dan teknologi pada suatu generasi yang sebagian tumbuh di pedesaan, akan mempunyai dampak pada kehidupan lama yang sebelumnya belum dialaminya.
Pertumbuhan dan pendidikan sikap yang sesuai diperlukan supaya tekaman – tekaman hidup sebagai konsekuensi dari perkembangan sains dan teknologi tidak menjerumuskan kita dalam suatu pertumbuhan masyarakat ekonomi yang serba materialis, konsutif dan individualis yang merupakan dampak peningkatan ekonomi .apa yang dihasilkan oleh sekolah merupakan persiapan dalam menghadapi tuntutan zaman dan masa depan yang dikaitakan. Untuk itu, tidak saja ia harus mengwujudkan potensinya secara alamiah dalam menghadapi masa depan tetapi ia harus mampu membangun dan menguasai masa depan itu.disini terlekak factor pengembangan sikap untu sepenuhynya bertanggung jawab terhadap tugasnya(matra afektif) yang mewujudkan tekad kecendurungan (tendency) dan kejadian (event) dari masa depan itu.  Keterampilan fisik dan mental (matrapsikomotorik) dan perolehan pengetahuan (kognitif)  untuk berpikir mandiri diperoleh denga pendekatan keterampilan prose situ merupakan penyatu kaitan yang mendalam (interpenetrasi) dari empat matra, yang membuka suasana kondusif yang ditandai oleh kepekaan intuitif (matra interaktif) terhadap berbagi masalah, sekaligus menampilkan kreatifitasnya
Berdasarkan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dapat memberikan pembekalana atau wawasan yang luas kepada para pendidik atau tenaga kependidikan lainnya dan menggunakan metoda belajar secara luas dan bervariasi.
Selain itu bertujuan agar memiliki pembekalan dan kesiapan yang memadai agar mampu melaksanakan tugasnya dilapangan atau di sekolah secara aktif. Juga diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses belajar siswa maupun kualitas proses belajar siswa maupun kualitas hasil pendidikan lulusan. Dasar pemikiran ini berpijak pada asumsi bahwa hasil pendidikan ditentukan oleh proses pendidikan dan tanpa proses pendidikan perubahan tingkah laku siswa tidak akan terjdi, dan ini beraarti strategi belajar dan mengajar yang merupakan bagian dari integral proses pendidikan turu menentukan mutu yang diharapkan.


DAFTAR PUSTAKA

Dimiyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta P2LPTK
Witherington, H. Caul. 1952.  Educational Psychology.  New York: Srina and Company.
Hamalik, Dr. Oemar. 2003. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA: Sinar Baru Algensindo. Jakarta.
Hasibuan, Drs. JJ, Dip. Ed dan Drs. Moedjino. 1985.  Proses Belajar Mengajar: PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Ahmadi, Drs. H. Abu dan Drs. Joko Tri Praseya. 2005.  Strategi Belajar Mengajar (SBM). CV Pustaka Setia. Bandung.

1 komentar: